Bermacam ritual keagamaan maupun ritual tradisi di pulau Pulau Lombok seringkali mengundang pandangan seluruh wisatawan, semacam bau nyale, pujawali, perang topat atau presean. Salah satunya yang sangat menarik untuk semua wisatawan sebagai Ritual atau Adat istiadat nyongkolan. Nyongkolan adalah hal adat istiadat lokal dalam Pulau Lombok, dimana duo pengantin pada arak bergerombol semacam seorang raja ke rumah / kediaman si pengantin wanita. Arak-arakan itu tetap diiringi dengan diramaikan juga bermacam tetabuhan alat musik tradisional juga kesenian khas suku Sasak. Tujuannya agar semua warga satu kota mengenal bahwa pasangan pengantin ini sudah jadi duo suami istri yang sah.
Saat pelaksanaan hukum adat nyongkolan ini, arak-arakan pasangan pengantin didampingi oleh dedare dedare dan terune terune sasak, dengan ditemani menurut para tokoh agama, tokoh rakyat, atau pemuka tradisi sejalan sanak saudara berjalan mengelilingi desa. Kontestan iring-iringan itu haruslah mengenakan pakaian khas adat suku Sasak, demi klub wanita memakai baju Lambung (kadang-kadang begitu juga memanfaatkan baju kebaya), kereng nine / kain songket (sarung khas Lombok), sanggul (penghias kepala), anting dengan asesoris berikutnya. Untuk pengiring laki-laki memakai baju model jas berwarna hitam (atau variasi) yang dijuluki tegodek nongkeq, kereng selewoq poto (sarung tenun panjang khas Pulau Lombok) dan capuk (ikat kepala khas Lombok).
Dalam hukum adat nyongkolan, kedua pengantin diibaratkan semacam seorang raja serta pasangan permaisuri-nya yang diiringi oleh semua pengawal dengan dayang-dayang istana. Beraneka dari merekapun biasanya merebut suatu hantaran mirip hasil kebun, sayur mayur, ataupun jenis buah-buahan yang bakal dibagikan di penonton, kerabat dengan satu kota mempelai perempuan nantinya. Di ritual khas pernikahan suku Sasak Pulau Lombok, nyongkolan sebagai sesi kecil ritual yang mesti dijumpai tetapi kedua mempelai.
Untuk memeriahkan acara nyongkolan, biasanya diiringi juga tabuhan tabuhan gendang beleq khas Lombok, atau sejenis musik rebana juga lagu lagu daerah Pulau Lombok disertai penari dan pakaian khas tari. Kalau sang pengantin adalah kaum ningrat atau bangsawan, iring-iringan nyongkolan pasti dilengkapi juga gendang beleq dan pasukan berani mati yang berkostum seperti prajurit era dulu kala. Tak sekedar tersebut, rudat sebagai kesenian dari Timur Tengah juga menyajikan bermacam gerakan pencak silat serta ikut meramaikan adat istiadat nyongkolan khas Sasak tersebut.
Uniknya, berada mitos juga kepercayaan yang tetap dipegang tetapi warga suku Sasak terkait juga nyongkolan itu. Kepada kepercayaan lama yang selalu berkembang serta turun temurun, seumpamanya adat istiadat nyongkolan tidak diselenggarakan seusai prosesi akad nikah si pengantin, maka rumah tangga sosok pengantin ini biasanya tak akan sukses bertahan lama atau keturunan dari pasangan pengantin ini biasanya bakal terlahir dalam kondisi cacat fisik. Menanggapi berada yang berhasil mengkonfirmasi kebenaran mitos itu, namun yang sangat sampai sekarang nyongkolan selalu terus dipertandingkan dengan tidak jarang berhasil jadi pemicu nomor satu kemacetan ruas-ruas jalanan pada Pulau Pulau Lombok.
Seumpama Anda sedang berlibur menuju Pulau Lombok, terutama berhenti minggu, bisa jadi bakal mendapatkan berbagai ruas cara yang sedikit macet dengan ramai karena prosesi nyongkolan itu. Adat istiadat itu sampai sekarang selalu dipertandingkan dengan pasti sangat menarik untuk anda abadikan. Apalagi masing masing iring-iringan nyongkolan ini memanfaatkan baju tradisi khas Sasak dan tari-tarian tradisional yang menyenangkan. Seumpama Kamu satu Photographer atau hoby photo-photo, kamu bakal memperoleh dominan sudut atau angle yang menggoda dari segala beragamrupa seni serta iring-iringan nyongkolan ini. Semoga kebiasaan nyongkolan pada Lombok tersebut dapat jadi salah satu pelengkap liburan Kita menuju Lombok, selain berbagai destinasi liburan alam yang menyenangkan di Lombok semacam Gunung Rinjani, Bukit Malimbu, Pantai Senggigi atau juga pantai Selong Belanak pada Lombok Tengah.